Parenting : Bagaimana jadi emak rempong yang sabar ?
Ikatlah ilmu dengan mencatatnya, demikianlah kutipan
kalimat pembuka dari Imam Syafi’I yang mungkin dapat mewakili apa yang ditulis
pagi ini. Jika dahulu ketika sekolah menggunakan buku catatan, kali ini sedikit
bergeser pada penyimpanan dalam bentuk digital. Hehehe…
Mungkin, suatu saat nanti dapat dibaca kembali, mungkin
juga sedikit coretan di dunia digital ini dapat memberikan manfaat untuk yang
lain. Hihiihi
Okelah… lagsung aja ya, topik yang saya tulis kali ini
tentang pendidikan anak. Ah… sebenarnya sudah beberapa hari yang lalu ingin
menuliskannya, berbagi sedikit hasil pengamatan, dan pemikiran, dan baru kali
ini sempat untuk berbagi. “Tak ada yang kebetulan”, ah… benar sekali. Ketika
kita sudah berniat dan berusaha untuk menulis tapi belum ada kesempatan.
Berbaik sangka, mungkin ada tambahan yang akan disampaikan, dan benar saja. How
is wonderful? Hahaha...
Pagi ini mengalir saja, sudah tak sabar untuk
menuliskannya. Semalam setelah melihat video seminar menjadi emak rempong dari
teh kiki yang dibagikan di facebook, dan mencatatnya dikertas. Berpikir, ah…
ini nih materi tambahan yang cocok tentang pendidikan anak. Aduh… aduh… maap,
saat ini saya sangat minim pengalaman pengasuhan anak. Saat ini yang saya bagi tentang
pengalaman emak-emak rempong. Ups… bukan emak saja sebenarnya, tapi juga
bapak-bapak. Hahahaha
Baiklah… mulai dari ringkasan dari seminar teh kiki
tentang bagaimana sih jadi emak yang sabar untuk mendidik anak. Semua itu tidak
serta merta terjadi, kita kudu berusaha teh *coba pakai logat sunda. Hihihi
Ada kondisi-kondisi yang bisa kita usahakan, Hihihi
Apa aja kondisi-kondisinya? menurut teh kiki, berikut
ini poin umumnya, untuk penjelasan lebih detail bisa lihat video penjelasan
beliau langsung ya disini… ^_^
facebook Teh Kiki Barkiah
Pertama
Sabar amanah vs. Tidak sabar amanah
*ketika ada hal-hal yang membuat gregetan, memunculkan
emosi. Ingat akan tujuan yang lebih besar
Kedua
Sadar perintah vs. Tidak sadar perintah
*ini dasarnya ayat di dalam Qur’an, waduh... saya
kurang jelas mendengar, tepatnya surat dan ayat berapa. Intinya tentang
kewajiban kita menjaga keluarga kita dari api neraka …
kalau ada yang tau, boleh menambahkan, nuhun. hihi
ketiga
Anak adalah karunia vs. Anak adalah beban
*poin pentingnya, ingat… jadikan sebagai sarana
beribadah kepada Allah
Keempat
Pasutri harmonis vs. Pasutri tidak harmonis
Kelima
Nikmat bekerja vs. Stress Bekerja
*nah… ini, atur porsi kerja sesuai tingkatan usia anak
Keenam
Lapang vs. Sempit
Ketuju
Tahu ilmu vs. Minim Ilmu
*mengetahui tahapan perkembangan anak
Kedelapan
Sevisi vs. Tidak sevisi
*tidak hanya dengan pasangan, tapi dengan lingkungan
sekitar. Hihii
Kesembilan
…. Vs. terburu-buru
*saya lost disini. Hihihi
Bagi yang melihat video dan dapat menambahkan, wah…
nuhun sanget. Hihihi
Kesepulu
Cuaca nyaman vs. Cuaca panas
*tak dipungkiri jika kondisi lingkungan juga menjadi
bagian faktor yang tak dapat diabaikan. Hihihi
Kesebelas
Lingkungan damai vs. Lingkungan padat
*seseorang yang berada dalam kondisi lingkungan yang
padat, macet, memicu tingkat stress yg lebih tinggi. Hihihi
Nah… selanjutnya apa saja sih resep sabar ? berikut ini
poin-poin yang perlu diperhatikan menurut teh kiki ^_^
ü Pahami
: anak adalah anugerah; anak adalah simpanan akhirat. Ingat betapa banyak
pasangan yang merindukan hadirnya anak.
ü Ingat
: apa yang ditanam, itu yang ditunai. Pastikan selalu menanam kebaikan.
ü Ingat
: cobaan dan amanah telah ditakar. Yakinlah kita bisa melakukannya.
ü Curhat
dulu pada Allah. Allah sumber kemudahan dan petunjuk.
ü Tugas
kita : menjaga kesucian fitrah anak. Istiqomah dalam mengajarkan kebaikan.
ü Jika
anak melakukan kesalahan, lihat lebih dalam motif dan alasan perbuatan.
ü Atasi
permasalahan hingga ke akarnya.
ü Pahami
perkembangan anak, pahami kapasitas mereka.
ü Sesuaikan
target kita dengan harapan anak
ü Anak
tidak terlahir seperti kertas kosong, anak terlahir dengan potensi bawaannya.
ü Pahami
keunikan
ü Negasi
perilaku anak itu wajar. Tugas kita membuat No menjadi Yes
ü Sesuaikan
gaya komunikasi: usia, temperamen, …
ü Agendakan
komunikasi dengan pasangan, nah… ini nih perlu sekali, hihihi
ü Mudahlah
dalam memberi maaf.
Nah… demikian kiat-kiat untuk menjadi emak rempong yang
sabar dalam mendidik anak. Hihihihi
Ada hal yang tak bisa kita abaikan pula, tidak semua
kondisi sesuai dengan harapan kita. Sebagian besar orang tua, bahkan calon
orang tua memiliki harapan dapat mendidik anak dengan baik. Namun, bagaimana
jika kondisi tidak memungkinkan hal tersebut terjadi? Kejadian-kejadian di luar
kapasitas kita.
Sedikit berbagi dua buah kisah nyata di lingkungan
sekitar, yang membuat saya banyak merenung dan berpikir.
Pertama
Kondisi stress yang dialami oleh seorang ayah dimana
anaknya yang kurang bersosialisasi, lebih banyak menghabiskan waktu untuk
bermain gadget dan laptop. Secara materi keluarga ini berkecukupan. Kasih
sayang yang diberikan kedua orang tua juga besar. Tak sekedar mencukupi
kebutuhan materi sang anak, tapi juga mengikuti betul perkembangan pertumbuhan
anak. Ikhtiar sudah dilakukan ke berbagai hal, mulai dari konsultasi pada pakar
bidang kesehatan, psikologi, mendatangkan guru ngaji, pro aktif dengan
lingkungan sekolah anak, mengikut sertakan dalam kegiatan pengembangan diri,
hingga ditawari sekolah kepesantren. Tak kurang semua usahanya.
Kedua
Kondisi seorang ibu yang ketika hamil ditinggal pergi
suaminya, yang entah berantah kemana, meninggalkannya dan anaknya. Kondisi yang
sulit harus beliau alami sendiri, mendidik dan mencukupi kebutuhan ekonomi.
Hingga pada kondisi beliau menitipkan anaknya yang masih kecil pada saudaranya,
karena beliau harus bekerja menjadi seorang TKI di Negara tetangga. Kehidupan
sulit yang harus dilewati beliau. Kondisi yang membuat beliau tak sepenuhnya
menemani perkembangan putranya. Bertahun-tahun, berjuang, bekerja untuk
memenuhi kebutuhan hidup dan pendidikan sang anak. Bagaimana dengan
berkembangan anak tersebut? korodatullah… anak tersebut tumbuh menjadi anak
yang memiliki kepribadian dan prestasi yang cemerlang. Mengerti dan berbakti
pada orang tua. Mendapat berbagai beasiswa pendidikan, berkesempatan mengikuti
pertukaran pelajar, dan aktif dalam berbagai kegiatan sosial. Kita tak pernah
tau, do’a-do’a tulus apa yang beliau selalu panjatkan hingga memiliki anak yang
begitu cemerlang.
Berbagai ulasan di atas bermuara pada “ranah manusia
itu ikhtiar semaksimal mungkin, menjalankan kontrak amanah pada Allah sebaik
mungkin. Pendidikan anak kita dapat rencanakan dan ikhtiarkan sebaik mungkin,
tapi ingat! Pertama, dan paling utama kita berdo’a, memohon kepada Tuhan
pemiliki skenario terbaik. Do’a merupakan sebuah pengakuan, kita tak bisa
apa-apa tanpa Nya. PertolongnNya yang dapat memudahkan segala hal. Sebanyak
apapun yang kita pelajar, ilmu Allah itu luas, seperti yang tertuang dalam
surat Al Kahf:109
Mohonlah perlindungan pada Allah, libatkan Allah dalam
segala hal yang kita lakukan.
Semoga yang
sedikit ini dapat memberikan manfaat. Aamiin
Fitria Rahma ^_^
Comments
Post a Comment