Pecah ketuban dini
Waktu
berlalu begitu cepat, tak terasa telah berada dipenghujung tahun 2016. Tak terasa
pula ketika melihat kronologi di blog selama setahun terakhir vacum dalam
aktivitas menulis.
Banyak
hal yang telah dilalui dalam setahun belakang ini, mulai dari awal tahun 2016
prosesi lamaran, menikah, menginjakan kaki untuk pertama kali di tanah sulawesi,
tanah kelahiran suami, ibu yang mengalami kecelakaan mengharuskan ku untuk
kembali pulang ke jawa. Iya, baru menyadari ketika jauh ditanah rantau, jawa
yang selalu dirindukan, jawa yang selalu memanggil jiwa ini untuk kembali. Jawa
yang penuh dengan kenangan, setengah perjalanan hidup berada di jawa.
Alhamdulillah ya Rabb atas kesempatan hebat ini. Kehidupan yang penuh berwarna.
Eh..
Iya, kembali pada esensi judul, ini merupakan kilas balik. Yah… merupakan
kejadian yang menegurku. Alhamdulillah Allah mengkaruniakan anak dalam rahim
ini, namum belum memasuki minggu ke 28 terjadi peristiwa mengejutkan, yakni
pecah ketuban dini yang sangat beresiko pada janin. Dag…dig..dug… tak karuan
hati ini, kekhawatiran akan kehilangan tiba-tiba menyeruak, sedih tentu saja,
takut? Iya sangat. Namun hal tersebut membuat ku berpikir, ah… benar saja, aku
pikir semua ini sebuah teguran dari Allah. Bagaimana tidak, akhir-akhir sebelum
kejadian seakan menjadi manusia yang tak tau diri, kurang rasa bersyukur,
kurang rasa sabar, kurang menerima dengan begitu banyak karunia yang Allah
berikan. Ya Rabb… ampuni yg tak tau diri ini. Membuat berfikir banyak hal.
Bahwa sesungguhnya segala yang terjadi telah menjadi ketetapannya, karena
Allah. Kesempatan yang datang, Allah yang akan membukakan jalan nya.
Sempat
sebelumnya merasa sangat bosan dengan kegiatan yang sangat monoton, belum bisa
melakukan banyak hal aktivtas yang bermanfaat. Iyah masih menganggur, iyah
belum bisa beraktivitas banyak karena dalam kondisi hamil. Nah… kejadian
tersebut membuat pola pikir ku berubah sangat drastis. Perubahan prioritas yang
diambil. Berserah diri ama Allah. Allah yang mengatur semuanya, insyaAllah ini
yang terbaik bagiku. Mencoba memaksimalkan kesempatan, waktu yang ada.
Menikmati tiap detik kehamilan ini.
Hei…
apa kondisi mu saat ini? Sudahkan kau memaksimalkan dengan baik? Sudahkah kau
mempersiapkan janin tersebut menjadi generasi yang baik? Sudahkah kau lebih
mendekatkan diri pada Rabb mu? Memohon pertolangan Allah?
Maka
nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu
dustakan? Tidak kau lihat, diluar sana banyak sekali pasangan yang belum
dikaruniai anak. Bertahun-tahun berusaha, hingga melakukan program hamil dan
memanfaatkan teknologi modern.
Jangan
gagal fokus! Syukuri, terima dengan lapang, manfaatkan waktu dengan sebaik
mungkin.
catatan kehamilan pertamaku,
matur nuwun nak, kau telah mengajarkan ibu banyak hal sejak dalam kandungan.
guru peradabanku.
Tulungagung, 30 desember 2016
Dari seorang calon ibu yang sedang
belajar kehidupan
Comments
Post a Comment