Daun yang jatuh tak pernah membenci angin ...
Sekilas judul tulisan kali ini bukanlah hal yang asing, judul tersebut merupakan salah satu judul novel yang ditulis oleh Darwis Tere Liye. Pada tulisan kali ini, saya tak akan banyak mengulas keseluruhan dari isi novel tersebut, namun hanya poin-poin tertentu dalam sudut pandang saya sendiri tentunya. Seperti biasa, tulisan kali ini juga dibuat ketika suasana yang sedang emosional (bukan perasaan marah), tak tau bagaimana saya bisa mendeskripsikannya, hati ini sedang bergejolak, dimana perasaan ini sedang mendominasi logika yang ada, biasanya jika tengah dalam kondisi seperti ini saya mengurangi interaksi dengan orang lain, menghindari kemungkinan-kemungkinan buruk yang terjadi, dan menyalurkannya lewat tulisan, hihihi...... Oke, kembali pada ulasan 'Daun yang jatuh tak pernah membenci angin' poin tersebut sebagai berikut :
Pertama, terkadang perasaan 'suka' itu terjadi di luar kendali kita, perasaan itu tiba-tiba muncul tanpa diminta, dan terkadang juga tak menyadarinya.
Kedua, terkadang pernikahan itu tidak sekedar karena rasa 'suka' namun bisa jadi karena alasan-alasan logis yang dihadapkan pada sederet realita yang ada. Dalam hal ini, kita tak boleh egois terhadap perasaan sendiri.
“Daun yang jatuh tak pernah membenci angin, dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan, mengikhlaskan semuanya.
Bahwa hidup harus menerima, penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus mengerti, pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahami, pemahaman yang tulus.
Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan. Biarkan dia jatuh sebagaimana mestinya. Biarkan angin merengkuhnya, membawa pergi entah kemana.”- Darwis Tere Liye
Comments
Post a Comment