Ramadhan 1435 H (Episode 4 – Bersambung) [Sabar]
Ketika tiba di rumah, saat
masuk kamar dan melihat lemari buku, berantakan, ya Rabb, kondisi yang
memancing emosi. Sedih sekali rasanya, bagiku harta yang berharga itu buku,
dibandingkan dengan emas, dll. Karena apa, di dalam buku tersebut banyak sekali
sumber mata air, ilmu yang direngkuh, untuk terus memperbaiki ahlak. Masih sebal,
entah siapa yang mengobrak-abrik lemari buku ku, karena dalam kondisi puasa,
amarah itu ditahan, namun tetep memperingatkan anggota keluarga untuk tidak
merusak buku yang ku miliki. Buku tersebut aku jaga, dengan niatan memiliki
perpustakaan kelak, minimal perpustakaan kecil di dalam kamar, berharap suatu
saat saudara, anak, keturunan ku, dan yang lain dapat mengambil manfaat
darinya. Teringat kembali, ubahlah hal-hal yang negatif di dalam diri dengan
berdo’a.
sumber gambar Green Renaissance
Kesokan harinya, malam menjelang,
ketika melihat acara MetroTV “Kick Andy” membahas tentang “bully”, dan ketika
itu salah satu narasumbernya insinyur pertanian, beliau bercerita bagaimana
dulu ketika dihina karena keluarganya yang miskin namun berkeinginan untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, di IPB. Beliau ingat
hinaan itu yakni “Orang miskin saja kok gumede pengen sekolah tinggi”, ketika
beliau menceritakan hal tersebut, hati ini berdesir, aku pernah mengalami hal
tersebut meskipun tidak secara terang-terangan mereka mengatakannya. Hal tersebut
terjadi ketika aku ingin melanjutkan pendidikan ke Jenjang Master Pendidikan
ini, ya Rabb rasanya air mata ini tak lagi akan terbendung, namun aku tahan
sekuat tenaga. Lagi-lagi kondisi ini membuatku untuk berdo’a kembali, mengingat
Allah. Bapak Insinyur pertanian inipun bercerita bahwa ketika beliau
menginginkan sesuatu, beliau tuliskan berkali-kali. Teringat kembali akan do’a
yang diulang-ulang dan disertai dengan mengingatNya. Pada akhir sesi, beliau
berpesan, jangan bersedih ketika ada orang yang menghina kita, jadikan hal
tersebut sebagai cambuk untuk berjuang lebih keras untuk menggapai cita-cita,
dan bagi orang tua, jadilah orang tua yang peka dengan kondisi anaknya, jadilah
orang tua yang terus memberikan semangat kepada anaknya ketika kondisi yang
buruk.
Malam pun menjelang, ingin
beranjak tidur, namun sebelum itu membuka pesan di WhatsApp, dan subhanallah…
ada pesan yang membuat hati ini berbeda, entah itu dinamakan sedih atau apa,
atau hati ini sedang ingin berdamai dengan kenyataan yang ada, akan harapan
yang sulit untuk terjadi. Kembali mengadu kepada Yang Maha Membolak-balikan
hati. Sesuatu yang dipaksakan itu tak baik, tahu betul tentang hal ini. Kenyataan
yang harus dihadapi, kedua kalinya. Do’a
dan dzikir intens aku lakukan, hingga terlelap.
Saat bagun untuk sahur rasanya
lebih segar, Alhamdulillah.. lagi, dan lagi melihat acara tafsir Al Misbah,
subhanallah…ingin menangis rasanya, demikian
“ketika ada orang yang
menyakiti kita, sabarlah, sabar itu tak ada batasnya, sebelum kita bertindak,
fikirkan dahulu, ini benar atau tidak, ini sesuai porsi atau tidak, dll. Puncaknya
sabar itu memaafkan dan berperilaku baik kepada orang yang menyakiti kita. Jika
hal tersebut dapat dilakukan, Allah akan menggantinya dengan hal yang jauh
lebih baik, mendapat kasih sayang dan anugerah dariNya”
Dan terakhir, saat ingin
menuliskan hal ini, mata ini seakan ditunjukan dengan status tere liye
Rasa sabar itu bahkan boleh jadi bisa:
Mengembalikan yang pergi menjadi kembali;
Membuat jarak yang jauh menjadi dekat,
Beban yang berat menjadi ringan
Waktu yang lama menjadi sebentar
Melunturkan benci menggunung menjadi sebutir debu
Dan kalaupun kita gagal menyaksikan hal itu terjadi, rasa
sabar tetap akan menjanjikan sesuatu: beruntung. Sungguh beruntung orang2 yang
sabar *Tere Liye
Ya Rahman… Ya Rahim….
Maka nikmat Tuhan kamu yang
manakah yang kamu dustakan. Ramadhan Berkah
sumber gambar Bismillah, Kartun Dakwah
Comments
Post a Comment