Eliana




Indentitas buku
a)       Judul                                : Eliana
b)       Pengarang/penulis           : Tere liye
c)        Penerbit                          : Republika
d)       Tahun terbit                    : 2011
e)       Cetakan                          : Pertama


Novel Eliana ini merupakan serangkaian dari seri anak-anak mamak diantaranya : pukat, burlian, dan Amelia.  Menceritan tentang masa kanak-kanak, keluarga, dan pendidikan.

Syair dari Imam Syafi’I yakni ‘Ikatlah ilmu dengan mencatatnya’, sebelum sempat menguap, masih begitu fresh diingatan dan sebelum terganti dengan buku lain ‘Myelin-Renald Kasali-, hari ini aku mencoba sedikit memberikan ulasan.

Novel ini bercerita tentang Eliana, anak sulung dari keempat bersaudara. Elian anak sulung yang pemberani, memiliki tanggung jawab besar terhadap adik-adiknya, merupakan curahan harapan kedua orang tuanya.

Eliana, anak sulung yang begitu berani, tidak tahan melihat orang tuanya di hina oleh pengembang yang ingin mengeruk pasir di kampungnya. Berteriak ‘JANGAN HINA BAPAKKU!’. Selepas kejadian tersebut di saat makan malam, ayah dalam perbincangan berpesan ‘Jangan pernah bersedih karena sejatinya kemuliaan tidak pernah tertukar. Boleh jadi orang-orang yang menghina itulah yang lebih hina. Sebaliknya, orang-orang yang dihinalah yang lebih mulia. Kalian tidak harus membalas hinaan dengan hinaan bukan ? bahkan, cara terbaik menanggapi olok-olok adalah dengan biasa-biasa saja’

Dalam novel ini juga diselingi dengan cerita bagaimana ayah dan ibu nya bertemu dan akhirnya menikah. Beberapa  nasihat dalam cerita ini yakni : 

*Kata tetua bijak, manusia memiliki sendiri hari-hari spesialnya. Ada hari ketika ia dilahirkan, hari mulai belajar merangkak, hari mulia berjalan hingga berlari. Manusia tumbuh besar dengan hari-hari. Jatuh bangun, sakit, sehat, tertawa, menangis, sendirian, ramai, sukses, gagal, semua dilalui bersama hari-hari. Tentu termasuk salah satunya hari ketika kita bertemu dengan pasangan hidup.

*Hakikat cinta adalah melepaskan. Semakin sejati ia, semakin tulus kau melepaskannya. Percayalah, jika itu memang cinta sejati kau, tidak peduli aral melintang, ia akan kembali sendiri padamu. Banyak sekali para pencinta di dunia ini yang melupakan kebijaksanaan sederhana ini. Malah sebaliknya, berbual bilang cinta, namun dia menggenggamnya erat-erat.

Keberanian eliana tidaklah berhenti, dia bersitegang dengan teman laki-lakinya karena telah diperolok, hingga eli mengumandangkan Adzan, seluruh penduduk kampung pun geger dibuatnya, akhirnya nek Kiba, beliau yang merupakan guru ngaji eli berpesan ‘Eli, aku tahu kau anak pemberani. Kau tidak mau diremehkan oleh siapa pun. Apalagi oleh anak laki-laki. Tapi kita hidup dalam aturan main, nak. Kenapa buah pisang harus matang setelah sekian hari di tandannya ? kenapa air mendidih jika dipanaskan ? karena mereka taat dengan aturan main yang ada. Sekuat apa pun pisang menolak matang, air tidak mau mendidih, lebah menolak membuat madu, mereka harus menurut. Itu aturan alam, sunnatullah’.

Posisi eliana yang menjadi anak sulung pun juga tak lepas dari konflik. Hingga ayahnya berpesan, ‘sayangnya kita tidak bisa memilih dilahirkan nomer berapa, Eli. Sama tidak bisa memilihnya siapa yang akan menjadi Mamak kita, Bapak kita. Semua sudah digariskan demikian, suka tidak suka’

Hal terpenting dari suatu pembelajaran, tidak hanya sekedar tau, tapi memahami, mengubah pola fikir dan sikap. Demikian halnya dengan belajar IPA, tidak sekedar mengetahui, namun juga memahami harmoni alam, menjaganya.

Konflik dengan penambang pasir, memberikan sebuah pesan ‘ada suatu musim diantara musim-musim. Ada saatnya ketika alam memberikan perlawanannya sendiri. Saat ketika hutan, sungai, lembah, membalas sendiri para perusaknya 

Comments

Popular posts from this blog

Parenting : Bagaimana jadi emak rempong yang sabar ?

Pecah ketuban dini