Ini tentang sebuah 'pendidikan keteladanan'





Pada tulisan kali ini tak akan banyak mengulas bagaimana ‘keteladanan’ itu, tak banyak menjelaskan konsep ‘keteladanan’, telah banyak dipaparkan oleh para ahli pendidikan dan lainnya. Sedikit memberikan tambahan tentang apa yang saya rasakan, alami, dan beberapa pengamatan disekitar.

Perlu diketahui, bahwasannya pada masa perkembangan anak-anak, mereka lebih cenderung untuk meniru, mencontoh apa-apa yang ada disekitar mereka. Tak jarang ditemui seorang anak sering sekali mencontoh orang tua mereka, entah itu dalam hal berperilaku, kata-kata yang sering diucapkan, dan lain sebagainya. Tak sekedar di lingkungan intern rumah, orang tua. Anak-anak pun seringkali mencontoh apa yang ada dilingkungan sekitar mereka. Sangat setuju jika masa kanak-kanak adalah masa ‘golden age’, yah.. merasakannya sendiri, apa-apa yang telah diajarkan di masa kecil terbawa hingga kini.  

Salah satu pengalaman yang ingin dishare kali ini, yakni tentang ‘melakukan sesuatu dengan maksimal, dan terbaik’. Hal ini tidaklah datang dengan tiba-tiba. Ketika kanak-kanak, dibesarkan dilingkungan yang menuntut kemandirian sejak dini, di suatu desa kecil pulau garam ‘Madura’. Bukanlah hal yang biasa jika anak-anak masih berumur belia membantu pekerjaan orang-orang dewasa, begitu juga dengan keluarga ku sendiri, namun di keluarga ku tak terlalu membebankan pekerjaan berat. Rutinitas membantu ibu, entah itu menyapu halaman, mencuci piring, mencuci baju, dan mengambil air disumur ketika musim kemarau, terbiasa dijalani. Semuanya terasa ringan, karena teman-teman sebaya juga melakukannya, mungkin jika dibandingkan dengan teman-teman, pekerjaan ku tidak ada apa-apanya. Masih SD duduk dibangku kelas 1, teman-teman sudah banyak yang mencari makanan untuk ternak, mencari kayu bakar untuk memasak, dan bersih-bersih semua rumah. Sebuah contoh tentang kemandirian, dan saya bergaul dilingkungan tersebut.

Berawal dari hal yang dianggap sepele karakter ‘melakukan hal terbaik itu terbantuk’. Setiap pagi dan sore aktivitas menyapu halaman itu aku lakukan. Lumayan besar halaman, itung-itung juga untuk olahraga, hehe… menyapu halaman bisa jadi merupakan sebuah ‘habit’ dilingkungan kami, karena rata-rata dilingkungan kami suka akan kebersihan. Rata-rata menyapu halaman sampai bersih sekali, rumah rapi, dan semuanya terlihat indah dipandang mata. Aku sendiri juga senang melihat hal seperti itu, meski kami hanya tinggal disebuah desa kecil namun, semuanya tertata rapi dan indah. Hehe… Ah..namanya juga masik kecil, kadang juga dalam menyapu halaman sekedarnya saja, yang penting tidak ada kotoran, ngambilin daun-daun yang berguguran sudah cukup, itu kalau malesnya lagi datang, tapi tidak untuk tetangga ku, entah itu halaman sedang kering atau becek karena hujan yang mengguyur, selalu disapu rata semua halaman, tampak bersih dan elok dipandang. Karena rumah kami yang begitu berdekatan, setiap hari aku selalu memperhatikan apa yang beliau lakukan, menyapu halaman dengan sangat bersih. Disinalah poin keteladanan itu, ‘anak-anak cenderung memperhatikan apa yang ada disekitarnya’. Karena seringnya memperhatikan apa yang beliau lakukan, aku pun membandingkan dengan hasil menyapu halaman yang aku lakukan dengan asal-asalan, benar-benar jauh sekali. Sejak saat itu, ketika menyapu halaman aku lakukan dengan penuh semangat, benar-benar dibersihkan, dan tanpa sadar aktivitas tersebut merembet ke aktivitas-aktivitas yang lainnya. Bahkan dalam belajarpun demikian, melakukan hal yang terbaik. Berawal dari hal yang dianggap sepele ‘menyapu halaman dengan sangat baik’ terdapat sebuah keteladanan yang menjadikan kebiasaan dan membentuk karakter, dan masih banyak hal lagi, entah itu tentang ‘kemandirian’, ‘berbakti kepada kedua orang tua’, rata-rata, hampir sebagian besar aku peroleh dari melihat teladan-teladan yang ada disekitar ku.

Nah.. jika tadi share tentang apa yang aku alami, kini sedikit share apa yang tak sengaja aku amati. Hal ini terjadi pada adik keponakan. Setiap minggu adik ini sering main ke rumah dengan orang tuanya, dan ketika di rumah sering memperhatikan bapak main ‘game’, biasanya melihat bapak menjalankan ‘game’, ketika diminta untuk mencobanya, sedikit terkejut, dia langsung bisa menjalankannya, terkejut karena adik tidak memiliki laptop di rumah, bisa menjalankan dari aktivitas memperhatikan. Mungkin untuk sebagian orang ini merupakan hal yang biasa, hey..tidak! ini bukan sekedar aktivitas biasa, coba lebih diperhatikan, coba lebih difikirkan, ‘adik’ ini ‘menirukan’ apa yang dilakukan ‘Pak De’ nya. Begitu pentingnya sebuah keteladanan.

Dalam Al Qur’an pun telah dibahas tentang keteladanan itu, keteladanan baik ada pada diri Rasulullah SAW

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” (Q.S Al Ahzab:21)

Keteladanan itu penting dalam mendidik, tidak sekedar memerintah namun memberikan contoh. Pendidikan keteladanan itu akan membentuk kebiasaan, kebiasaan yang dilakukan secara terus-menerus akan membentuk karakter seseorang. Jangan sepelekan apa yang kita lakukan, karena anak-anak, usia dini itu lebih cenderung untuk mencontoh.
    

Comments

Popular posts from this blog

Parenting : Bagaimana jadi emak rempong yang sabar ?

Pecah ketuban dini